Desa tanjung: Pusat budaya, inovasi dan toleransi
Desa tanjung: Pusat budaya, inovasi dan toleransi
Desa Tanjung, yang terletak di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, merupakan salah satu desa yang memiliki daya tarik tersendiri baik dari sisi budaya, alam, sosial, maupun nilai-nilai keberagaman. Desa ini tidak hanya menjadi pusat administratif kecamatan, tetapi juga berkembang menjadi desa dengan karakter yang kuat dalam bidang ekonomi, pariwisata, dan inovasi lingkungan. Letaknya yang strategis menjadikan Desa Tanjung sebagai titik temu antara kawasan pesisir dan dataran tinggi Pulau Lombok.
Salah satu ciri khas dari Desa Tanjung adalah kehadiran kuliner unik bernama Sate Ikan Tanjung. Berbeda dari sate pada umumnya, sate ini menggunakan bahan utama ikan laut segar seperti tongkol atau cakalang yang dibumbui rempah khas Sasak. Pembakarannya menggunakan arang kelapa yang memberi aroma khas dan rasa yang menggoda. Sate ini telah menjadi ikon kuliner Lombok Utara dan mampu menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.
Selain potensi kuliner, Desa Tanjung juga dikenal karena inovasi lingkungan yang lahir dari kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian alam. Warga desa mengembangkan ecobrick—botol plastik yang diisi sampah nonorganik untuk dijadikan bahan bangunan—dan komposter rumah tangga untuk mengolah limbah dapur menjadi pupuk cair. Inovasi ini menjadikan Tanjung sebagai salah satu desa pelopor gerakan lingkungan hidup di NTB yang berbasis komunitas.
Nilai-nilai budaya dan keagamaan di Desa Tanjung juga berjalan selaras. Masyarakatnya menjunjung tinggi adat Sasak seperti tradisi begibung, perayaan maulid adat, dan gotong royong yang dipadukan dengan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu, toleransi antar umat beragama di Desa Tanjung juga menjadi teladan bagi daerah lain. Pada tahun-tahun sebelumnya, Kementerian Agama RI memberikan penghargaan kepada Desa Tanjung sebagai salah satu desa dengan tingkat toleransi umat beragama yang tinggi. Masyarakat hidup rukun antara Muslim, Hindu, dan penganut agama lainnya dalam harmoni, saling menghormati serta menjaga kerukunan sosial yang sudah berlangsung turun-temurun.
Dari segi infrastruktur dan pemberdayaan, Desa Tanjung telah berstatus sebagai Desa Mandiri. Desa ini memiliki fasilitas umum yang baik seperti pasar tradisional, pusat layanan kesehatan, sekolah-sekolah berkualitas, serta pusat kegiatan sosial. Keberadaan Car Free Day (CFD) setiap Minggu pagi di kawasan Desa Tanjung menjadi salah satu ajang rekreasi, olahraga, dan promosi UMKM lokal. CFD bukan hanya menjadi ajang jalan sehat, tapi juga sering diisi dengan kegiatan seni, budaya, edukasi, dan pelayanan publik. Bahkan setiap tahun, Desa Tanjung menjadi tuan rumah perayaan HUT VKLU (Vereeniging Kabupaten Lombok Utara), yang menampilkan berbagai lomba budaya dan bazar rakyat.
Letak geografis Desa Tanjung juga memberikan keuntungan tersendiri. Desa ini menjadi pintu masuk wisatawan yang akan menuju ke destinasi populer seperti Pantai Sire, Pelabuhan Bangsal, dan tiga Gili terkenal: Trawangan, Air, dan Meno. Selain itu, desa ini juga dekat dengan kawasan hutan dan pegunungan di kaki Gunung Rinjani, menjadikannya tempat yang cocok untuk wisata alam maupun wisata budaya yang menyatu.
Dengan segala potensi dan keunikannya—mulai dari kuliner khas, inovasi lingkungan, budaya gotong royong, hingga kehidupan masyarakat yang harmonis dalam keberagaman—Desa Tanjung mencerminkan wajah Lombok Utara yang penuh harapan. Desa ini bukan hanya menjadi kebanggaan warganya, tetapi juga menjadi model pembangunan desa yang berbasis kearifan lokal, toleransi, dan keberlanjutan.